Selasa, 12 April 2011

Kesenian Yang Termakan Zaman


Gandrung Banyuwangi berasal dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Tarian ini masih satu genre dengan tarian seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yakni melibatkan seorang wanita penari professional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan. Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi cirri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung, dan anda akan menjumpai patung penari Gandrung di berbagai sudut wilayah Banyuwangi, dan tak ayal lagi Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung.
Tari Gandrung ini sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.

Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan menurut laporan Scholte (1927) instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang dimungkinkan karena ajaran Islam melarang segala bentuk travesty atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Sedangkan Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita.

Tradisi Gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung, yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian disamping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak oleh era globalisasi.


Tahapan-Tahapan Pertunjukan


Jejer

Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan Gandrung, dimana pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Maju

Kemudian setelah acara jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Si Gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari Gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repen (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

Seblang subuh

Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan Gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian Seblang Subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali. Sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya Seblang lokento. Justru suasana mistis terasa pada saat bagian Seblang Subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual Seblang. Pada masa sekarang ini, bagian Seblang Subuh kerap dihilangkan, namun sebenarnya bagian ini yang menjadi pelengkap satu pertunjukan tari Gandrung.


SEBLANG

Ritual Seblang adalah salah satu ritual masyarakat Using yang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari. Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram. Ritual ini satu genre dengan ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran Kepang, dan Sanghyang di Pulau Bali.

Penyelenggaraan tari Seblang ini di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olihsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.

Para penarinya pun dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penarinya harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya. Di desa Olihsari, penarinya haruslah gadis yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita berusia 50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).

Tari Seblang ini sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, hingga sulit dilacak asal usul dimulainya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Seblang pertama yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi pelopor tari Gandrung wanita pertama (meninggal tahun 1973). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya (Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang selama usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari Gandrung.

Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan bamboo). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Si seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari.

Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendhang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron Sedangkan di Olihsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal.

Sedangkan dari segi busana, busana penari Seblang di Olihsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota. Pada penari Seblang di desa Olihsari, omprok biasanya terbuat dari pelepah pisah yang disuwir-suwir hingga menutupi sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang biasanya diambil dari kebun atau areal sekitar pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok. Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olihsari. Disamping unsure mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh sang penari seblang ini.

berikutnya kesenian saluang :


Orang Minangkabau memiliki tradisi seni pertunjukan yang termasuk paling kaya ragamnya di Indonesia. Acara-acara atau kegiatan-kegiatan yang lazim dilengkapi dengan seni pertunjukan adalah pesta keluarga (seperti perkawinan, khitanan, membuka rumah baru, menobatkan kutua adat baru) serta perayaan-perayaan rakyat (seperti saat panen, meresmikan mesjid, perayaan hari besar agama). Acara-acara tersebut seringkali diawali dengan pawai keliling disiang hari yang biasanya melibatkan pemain-pemain talempong (suatu ensambel gong-gong kecil) dan gendang. Untuk acara keagamaan, musik arak-arakan ini dapat diganti dengan nyanyian keagamaan dengan diiringi rebana.Pertunjukan utama biasanya dimulai malam hari dan dapat berlangsung hingga subuh.

Diantara bentuk kesenian yang ada, yang paling ramai dan mahal adalah randai, suatu bentuk teater yang dibawakan diluar rumah dengan melibatkan sekitar 20 sampai 30 pemain. Randai menggabungkan unsur tarian, musik instrumental, nyanyian lepas, nyanyian naratif, dengan adegan-adegan yang dilakonkan dan dialog-dialog lisan.

Selain itu ada bentuk kesenian lain yang sederhana yang diselenggarakan dalam rumah dengan hanya melibatkan satu atau dua orang penyanyi dan satu atau dua alat musik pengiring. Diantara bentuk kesenian tersebut, ada yang membawakan suatu kisah yang dinyanyikan secara naratif (seperti Dendang Pauah, Sijobang), ada yang dimulai denfan beberapa lagu lepas (non-naratif) tetapi kemudian berubah sifat menjadi kisah yang dinyanyikan (seperti Rabab Pariaman, Rabab Pasisia), serta saluang; bentuk kesenian yang tidak membawakan cerita sama sekali dan hanya terdiri dari lagu-lagu lepas. Cerita-cerita itu-yang sudah sering diketahui oleh pendengarnya-tidak disajikan sebagai hafalan, melainkan diceritakan secara spontan. Unsur spontanitas juga terdapat dalam syair-syair untuk lagu-lagu lepasnya.

Pada umumnya suatu pertunjukan dimulai agak malam, kemungkinan setelah suatu pertunjukan pengantar-musik pop, atau tarian minang yang diringi talempong- dituntaskan. Pada tahap awal pertunjukan seperti pertunjukan saluang, Rabab Pariaman, suasana biasanya ringan, dan sering syair lagunya mengenai percintaan, yang kadang secara sugestif. Tetapi semakin jauh malam menjadi lebih bersuasana nostalgia, melankonis, dan sekaligus memilukan.

Dengan jumlah pemain yang sangat terbatas, bentuk kesenian ini bersuara pelan dan bersifat akrab-cocok untuk tengah malam. Dari pendengarnya dituntut perhatian penuh, tetapi tidak selalu diperoleh: para penonton malah ngobrol, merokok, makan, main kartu dan domino; pada muda-mudi mencuri kesempatan bercumbu rayu. Kalau sudah sampai jam satu atau dua pagi, banyak penonton telah pulang, dan dari yang masih tinggal kebanyakan tertidur. Tetapi beberapa diantaranya masih bertahan duduk dekat dengan para pemain, menyimak syair-syairnya dengan tekun, sambil berdecak kagum pada suatu kalimat yang tepat, menuggu babak-babak cerita selanjutnya.

Untuk dapat merasakan apa daya tarik bentuk kesenian tersebut kepada penontonnya, kita mungkin dapat membayangkan ada seorang aktor professional yang sedang duduk diruang tamu kita, yang selama berjam-jam membawakan suatu cerita atau syair-syair, dengan meyertakan didalam ceritanya nama, tempat, orang-orang dan keadaan sehari-hari kehidupan kita sendiri.

Pada edisi pertama ini, kami menyajikan salah satu diantaranya yakni kesenian Saluang.

Nama Saluang diambil dari nama seruling panjang yang acapkali menjadi satu-satunya alat pengiring yang digunakan pada seni pertunjukan ini. Bentuk kesenian ini (yang kadang-kadang disebut juga Saluang jo Dendang-saluang disertai nyayian) sangat populer didaerah darek dan dikalangan orang-orang darek di perantauan. Kesenian ini selain ditampilkan pada acara perayaan kampung dan acara keluarga, juga sering ditampilkan pada sejenis acara pengumpulan dana malam bagurau.

Saluang itu sendiri adalah sebuah pipa bambu terbuka, panjangnya sekitar 65 cm dengan diameter dalam sekitar 2,5 cm, dengan 4 lobang jari. Pemain, biasanya laki-laki, memegang saluang miring ke bawah dan ke satu sisi. Untuk menghasilkan aliran suara yang tak terputus, pemain tersebut menggunakan teknik nafas “circular breathing” supaya suara tidak berhenti sewaktu pemain menarik nafas.

Sulit menjelaskan sistem laras yang diterapkan pada musik saluang. Beberapa tangga nada dipakai dalam repertoar; intonasi sering tidak stabil; dan tidak ada sistem pelarasan yang mutlak. Untuk saluang dengan nada dasar C=do, kita boleh menganggap tangga nada pokok yang dimainkan sebagai nada do, re, mi, fa, sol. Tapi dalam kenyataannya nada do kadang-kadang cenderung menuju di (1) . Gegitu pula halnya untuk nada-nada lainnya yang diperoleh dengan menutup separoh dari lubang jari. Ada kalanya pemain saluang memainkan nada-nada yang berada diatas dan dibawah nada pokok.

Melodi saluang berbentuk ulangan meskipun syair-syair yang dinyanyikan berubah-ubah. Dalam pertunjukan, pemain saluang selalu didampingi oleh seorang penyanyi (pendendang), yang membawakan pantun. Satu pantun biasanya selesai dalam satu ulangan melodi. Seringkali ada dua atau tiga penyanyi yang tampil:mereka biasanya menyanyi secara bergantian diiringi saluang.

Lagu-lagu saluang digolongkan berdasarkan suasana atau emosi. Sebagian besar masuk ke golonga lagu sedih, dan banyak diantaranya diistilahkan dengan ratok, “ratapan”. Satu sub-kategori dari lagu-lagu sedih dikira berasal dari daerah sekitar Gunung Singgalang; lagu-lagu ini, yang semua judulnya diawali dengan kata Singgalang, mempunyai ciri khas pada saluang, yaitu semacam getaran (oscillation) antara dua nada yang berdekatan. Lagu-lagu sedih selalu nonmetris (tanpa mad). Sebaliknya, dua golongan lagu lainnya-gembira dan ‘setengah gembira’- selau metris.

Selain penggolongan menurut suasana, ada juga pengelompokan yang berdasarkan nada pokok (nada yang memulai setiap perulangan) seperti “tertutup” yakni dengan menutup semua lubang jari, “tutup tiga” yakni dengan membuka lubang terjauh dari mulut pemain, serta “tutup dua” dan “tutup satu”. Kebanyakan lagu dari daerah pantai Sumatera barat (pasisia) tergolong “tertutup”, sedangkan kebanyakan ratok tergolong “tutup tiga”. Untuk lagu-lagu dari daerah Danau Maninjau tergolong pada “tutup dua”, sedangkanlagu-lagu yang diambil dari kesenian Sijobang biasanya tergolong pada “tutup satu”.

Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)

Pacaran Rentan Dengan Kekerasan


Kekerasan dalam pacaran? Yang bener aja! Dimana mana yang namanya pacaran khan buat seneng seneng, isinya cinta cintaan, rayu rayuan, saling menunjukkan perhatian, memberi support, dll, emang ada pacaran isinya tonjok tonjokan? Hmmm….kalo kamu berpikiran begitu, berarti kamu ketinggalan jaman! Sekarang semakin banyak kasus muncul yang berkaitan dengan tindak kekerasan dalam pacaran. Jadi yang namanya pacar, yang mestinya mencintai kita, melindungi dan sebagainya, malah sering merongrong kita, melakukan kekerasan baik fisik maupun mental, dan malah membuat kita menderita. Siapa sih yang biasa jadi korban beginian? Jangan bosen ya dengan jawaban : perempuan. Lagi lagi perempuan yang jadi korban kekerasan. Tentu saja laki laki juga bisa jadi korban kekerasan dalam pacaran ini, cuman “untungnya” jumlahnya sedikit. Alasannya, ya sekali lagi karena laki laki menganggap perempuan lemah, dan penurut.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud kekerasan dalam pacaran?

Perilaku atau tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam percintaan/ pacaran apabila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan oleh pasangannya baik dalam hubungan suami istri atau pada hubungan pacaran.
Kadang hal ini banyak juga yang menyangkal, apa ada kekerasan dalam pacaran? Apapun yang dilakukan orang dalam pacaran itu khan atas dasar suka sama suka, awalnya saja dari ketertarikan, nggak luculah kalo sampai muncul kekerasan . Tapi jangan salah, kasus kekerasan dalam pacaran memang ada dan ini juga bukan lelucon. Memang benar kasus – kasus kekerasan dalam pacaran ini kurang terexpose, so nggak heran kalo masih banyak yang nggak percaya.

Nah biar nggak penasaran kita simak saja seperti apa sebenarnya makhluk yang bernama kekerasana dalam pacaran ini.
Suatu tindakan dikatakan kekerasan apabila tindakan tersebut sampai melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis, bila yang melukai adalah pacar kamu maka ini bisa digolongkan tindak kekerasan dalam pacaran. Tindakan melukai secara fisik misalnya dengan memukul, bersikap kasar, perkosaan dan lain – lain, sedangkan melukai secara psikologis misalnya bila pacarmu suka menghina kamu, selalu menilai kelebihan orang lain tanpa melihat kelebihan kamu, , cemburu yang berlebihan dan lain sebagainya. Namun bentuk kekerasan yang paling sering terjadi adalah kekerasan seksual bisa berupa pelecehan seksual secara verbal maupun fisik, memaksa melakukan hubungan seks, dlsb.

Menghadapi kekerasan dalam pacaran seringkali lebih sulit bagi kita, karena anggapan bahwa orang pacaran pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan perasaan lain yang positif. Sehingga kalau pacar kita marah marah dan membentak atau menampar kita, kita pikir karena dia memang lagi capek, lagi kesel, bad mood atau mungkin karena kesalahan kita sendiri, sehingga dia marah. Hal klasik yang sering mucul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu. Pikiran seperti “ah mungkin karena saya memang kurang cantik, sehingga dia sebel”, atau “ mungkin karena saya kurang perhatian sama dia” , “ mungkin karena saya kurang sabar” dan lain lain, sehingga dia jadi “ketagihan” merendahkan dan melakukan terus kekerasan terhadap pasangannya.

Faktor pemicu kekerasan dalam pacaran

Pengaruh keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Masalah – masalah emosional yang kurang diperhatikan oleh orang tua dapat memicu timbulnya permasalahan bagi individu yang bersangkutan di masa yang akan datang. Misalkan saja sikap kejam dari orang tua, berbagai macam penolakan dari orang tua terhadap keberadaan anak, dan juga sikap disiplin yang diajarkan secara berlebihan. Hal – hal semacam ini akan berpengaruh pada model peran ( role model ) yang dianut oleh anak tersebut pada masa dewasanya. Bila model peran yang dipelajari sejak kanak – kanak tidak sesuai dengan model yang normal atau model standart, maka perilaku semacam kekerasan dalam pacaran inipun akan muncul. Banyak sekali bukti yang menunjukkan hubungan antara perilaku orangtua dengan kepribadian anak di kemudian hari. Rata rata pelaku kekerasan dalam rumah tangga pada masa kecilnya sering mendapat atau melihat perlakukan yang kasar dari orangtuanya, baik pada dirinya, saudaranya, atau pada ibunya. Walaupun secara logika dia membenci perilaku ayahnya, akan tetapi secara tidak sadar perilaku itu terinternalisasi dan muncul pada saat dia menghadapi konflik.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penerapan disiplin yang berbeda antara ayah dan ibu. Perbedaan yang terlalu mencolok, misal ayah terlalu keras, sementara ibu terlalu lemah, akan mempengaruhi nilai – nilai yang dianut, kontrol diri dan perilaku yang akan ditampilkannya secara konsisten sepanjang hidupnya.

Lingkungan sekolah

Oleh masyarakat , sekolah dipandang sebagai tempat anak belajar bersosialisasi, dan memperoleh pendidikan dan ketrampilan untuk dapat hidup dengan baik di masyarakat. Sayangnya yang kurang disadari adalah kenyataan bahwa di sekolah pulalah individu bersosialisasi dengan anak – anak lain yang berasal dari latar belakang yang beraneka. Bila seseorang ini, tidak mampu menyesuaikan diri , maka akan muncul konflik dalam diri. Bila ia tidak mampu melakukan kontrol diri maka akan cenderung memicu perilaku agresif diantaranya berbentuk kekerasan dalam pacaran (KDP).
Hal hal yang lain seperti pengaruh media massa, TV atau Film juga dipandang memiliki sumbangan terhadap munculnya perilaku agresif terhadap pasangannya.

Hal yang khas yang sering muncul dalam kasus kasus kekerasan dalam pacaran adalah bahwa korban biasanya memang cenderung lemah, kurang percaya diri, dan sangat mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah melakukan kekerasan (menampar, memukul, nonjok, dll) biasanya terus menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan dia lagi, dan bersikap manis kepada pasangannya. Pada saat inilah, karena si cewek sangat mencintainya, dan dia berharap sang pacar akan benar benar insaf, maka dia serta merta memaafkannya, dan hubungan diharapkan bisa berjalan lancar kembali. Padahal yang namanya kekerasan dalam pacaran ini seperti sesuatu yang berpola, ada siklusnya. Seseorang yang memang pada dasarnya punya kebiasaan bersikap kasar pada pasangan, akan ada kecenderungan untuk mengulanginya lagi, karena hal ini sudah menjadi bagian dari kepribadiannya, dan merupakan cara dia untuk menghadapi konflik atau masalah.

Apakah perilaku dia bisa bener bener berubah?

Bisa kalau memang dia mau menjalani sebuah “ terapi” . Terapinya tidak harus dengan psikolog
Atau psikiater, akan tetapi harus dengan kemauan yang tulus untuk merubah situasi, dan dengan bantuan pasangannya. Hal pertama yang dia harus pahami benar adalah sebab atau latar belakang dia berperilaku seperti itu. Apakah ada riwayat hubungan dengan orangtuanya yang buruk, atau hal hal lain yang berhubungan dengan tidakan kekerasan yang dialaminya pada saat dia kanak kanak? Riwayat tersebut dgunakan untuk mendasari pemahaman mengapa dia menggunakan cara menghadapi masalah (coping behavior) seperti itu, sehingga bisa memperkuat upaya dia untuk berubah. Selanjutnya dia perlu berlatih untuk menghadapi emosi, mengendalikannya sehingga tidak muncul dalam bentuk yang merusak dan merugikan diri sendiri dan pasangannya. Ada banyak latihan mengendalikan amarah/emosi, misalnya dengan Yoga, latihan pernafasan, dll.

Bagaimana kalau dia tidak bisa/tidak mau berubah?

YA, kalau dia tidak berubah juga, berarti keputusan ada pada pasangannya. Apakah mau mengambil resiko dengan terus berhubungan dengan orang seperti itu, atau segera ambil keputusan untuk meninggalkan dia dan cari orang lain yang lebih sehat mentalnya dan sayang pada kita. Kalau pacar kamu tipe cowok beginian, kamu memang harus pikir masak masak deh, apa memang bener dia pria yang kamu cinta? Karena percayalah tidak ada satu orang pun di dunia ini yang berhak menyakiti kamu, atau merasa punya alasan untuk berbuat kasar kepadamu walaupun dia itu pacar kamu yang kamu cintai setinggi langit. Jadi kalau hal ini menimpa kamu, kamu harus yakin bahwa hidupmu adalah milik kamu sendiri, dan keputusan untuk tetap menjalin hubungan sama dia tau tidak, semua tergantung pada dirimu, bukan karena kamu nggak pede, atau karena kamu dipaksa.

Nah buat temen temen cowok hati hati dengan kecenderungan untuk berperilaku kasar, apalagi kalau kalian punya latar belakang seperti yang dijelaskan di atas. Cepet cepet cari bantuan, atau lakukan latihan mengendalikan emosi, supaya tidak menjadi pelaku kekerasan dalam pacaran atau rumah tangga, dan menyakiti orang yang kita sayangi.

Manusia dan Keadilan

Makna Keadilan Bagi Manusia


1. Pengertian keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran tcrhadap proporsi terscbut berarti ketidak adilan.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia schingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan difi, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Lain lagi pendapat Socrates yang mcmproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan balk. Mengapa diproyeksikan pada pemerintah, sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika inasyarakat.
Kong Hu Cu berpendapat lain : Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah mclaksanakan kcwajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dan kekayaan bersama.
Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

Studi kasus; sering kali misal pembantu rumah tangga mendapat perlakuan tidak adil dari majikannya, pegawai oleh bos nya misalnya, seorang karyawan yang hanya menuntut hak kenaikan upah tanpa meningkatkan hasil kerjanya tentu cenderung disebut memeras. Sebaliknya pula, seorang majikan yang terus menerus menggunakan tenaga orang lain, tanpa memperhatikan kenaikan upah dan kesejahteraannya, maka, perbuatan itu menjurus kepada sifat memperbudak orang atau pegawainya.

2. MAKNA KEADILAN

Makna keadilan secara syar'i sesuai surah (Qs. al-Hadîd [57]: 25) yakni memutuskan segala sesuatu berdasarkan Allah SWT dan rasul-Nya yakni al-Qur'an dan as-sunnah. Sehingga adil bukan hanya membagi sesuatu sama banyaknya. Adil ketika mengharamkan khamr dan tidak adil mengizinkan menjualnya di Supermarket. Adil ketika menghukum penzina muhshan dengan rajam dan tidak adil menghukumnya di penjara. Adil ketika melarang berlakunya bunga riba dan tidak adil membolehkan bunga riba. Begitu seterusnya.
ALLAH SWT sungguh maha adil, sebagaimana tercantum difirmannya dalam alquran yaitu;

"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (Qs. al-Hadîd [57]: 25).

Keadilan merupakan program kehidupan dan Islam merupakan agama yang adil dan seimbang, sekaligus jalan yang lurus. Umat Islam merupakan umat pertengahan (yang berada di tengah-tengah). Sementara itu, sistem Islam yang diberlakukan tak lain dari wujud keadilan itu sendiri.
Makna dari keadilan itu adalah sebagaimana Dalam berbagai riwayat, Rasulullah saw pernah bersabda, "Adil satu jam lebih baik dari melakukan salat pada malam hari dan berpuasa pada siang hari selama tujuh puluh tahun." Subhanallah!
Dalam kesempatan lain. Rasulullah savw juga bersabda; "Perbuatan seorang pemimpin yang adil dalam memimpin masyarakat selama satu hari, lebih baik dari ibadahnya seorang hamba di tengah-tengah ke!uarganya selama seratus atau lima puluh tahun." Subhanallah!
Imam Ja'far ash-Shadiq juga berkata, "Seorang pemimpin yang adil, doanya tidak akan tertolak." Amirul Mukminin, Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Keadilan merupakan kebaikan bagi masyarakat dan mengikuti sunnah Allah."
Keadilan sangat identik dengan kehidupan, sedangkan kezaliman adalah kematian. Orang-orang yang menyerah dan tunduk di bawah kaki kezaliman pada hakikatnya adalah orang-orang yang mati. Imam Musa al-Kazhim mengatakan, "Bumi menjadi hidup dikarenakan tegaknya keadilan dan dilaksanakannya hukum-hukum Ilahi".
Sehingga jelas sudah bahwa keadilan dan kedzaliman bagaikan minyak dan air, tak mungkin bisa bersatu.

Studi kasus; keadilan dan dzalim adalah dua suku kata yang berlawanan, kezaliman secara syar’iy adalah ketika seseorang mempunyai kemampuan untuk menjalankan syari’at Allah swt tetapi tidak dijalankannya, sehingga kedzaliman datang kedunia. Maka jangan sekali-kali kita berbuat tidak adil atau dzalim.


Opini; Keadilan merupakan hal yang harus dilakukan manusia dalam menjalani kehidupannya,karena dengan keadilan manusia akan mendapatkan hak dan kewajiban yang harus diterima olehnya,oleh karena itu keadilan itu harus selalu ditegakkan,dan makna keadilan itu sendiri terdapat di berbagai agama dan di seluruh dunia,yang menyatakan bahwa keadilan itu harus ditegakkan.
SUMBER; http://masuk.blogrezzaprawiratama.co.cc/2010/04/pengertian-keadilan.html
http://forum.dudung.net/index.php?topic=548.0
http://www.al-shia.org/html/id/books/mencari-Tuhan/04.htm

Manusia dan Harapan

Secerca Harapan


Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan bergantung paa pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintar. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Menurut Maslow sesuai dengan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah :

1. kelangsugnan hidup
2. keamanan
3. hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
4. diakui lingkungan
5. perwujudan cita-cita

Latar Belakang

A. Latar Belakang
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktu-nya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang dimuka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan cip-taan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.

Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah ke-cenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.

Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalam keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif.